Konten Kreator Muda: Peluang Berkarya di Era Digital

Jambi – Universitas Nurdin Hamzah (UNH) kembali menunjukkan komitmennya dalam mendukung literasi digital melalui kegiatan pengabdian kepada masyarakat. Pada Kamis, 4 September 2025, dosen Prodi Teknik Informatika, Fakultas Ilmu Komputer UNH yaitu Ibu Sukma Puspitorini, ST., M.Kom., menjadi narasumber dalam dialog interaktif di RRI Pro 1 Jambi dengan tema “Konten Kreator Muda, Peluang Berkarya di Era Digital”, bersama dengan konten kreator muda Jambi yaitu Nanda Mirana, yang akrab disapa Mamanan. Dialog yang dipandu oleh host Yoga Wijanarko ini mengudara pukul 08.00–09.00 WIB di RRI Pro 1 Jambi, serta ditayangkan secara langsung melalui akun YouTube https://www.youtube.com/watch?v=tvHwAHVGGLo , menghadirkan diskusi menarik seputar fenomena meningkatnya jumlah konten kreator muda di Jambi.

Era digital membuka ruang seluas-luasnya bagi generasi muda untuk menyalurkan kreativitas, bakat, ide, membangun personal branding, hingga meraih peluang ekonomi melalui dunia konten kreator. Fenomena ini menjadi bukti bahwa media digital bukan hanya sarana hiburan, tetapi juga peluang nyata untuk berkarya dan berkontribusi serta mencari penghasilan.

Dalam kesempatan tersebut, Ibu Sukma menegaskan bahwa meningkatnya jumlah konten kreator muda merupakan tanda positifberkembangnya kreativitas anak muda Jambi. Platform digital, menurutnya, tidak hanya memberi ruang berekspresi, tetapi juga membuka peluang ekonomi kreatif yang bisa mendukung kemandirian generasi muda. Namun demikian, beliau mengingatkan pentingnya dukungan dari masyarakat, akademisi, dan pemerintah agar konten yang dihasilkan tidak sekadar viral, melainkan juga bermanfaat dan edukatif.

Sebagai institusi pendidikan, UNH turut mengambil peran penting dengan mendorong mahasiswa agar tidak sekadar menjadi konsumen media sosial, melainkan juga produsen konten. Melalui berbagai mata kuliah seperti Komputer Grafis, Desain Grafis & Multimedia, Technopreneurship, hingga Kecerdasan Buatan (AI), mahasiswa dibekali keterampilan teknis sekaligus jiwa kewirausahaan. Tugas-tugas kuliah bahkan diarahkan untuk menghasilkan karya digital berupa video kreatif yang dipublikasikan di kanal online, sehingga mahasiswa terbiasa membangun personal branding dan percaya diri tampil di ruang digital.
Ibu Sukma juga menyoroti pentingnya literasi digital. Merujuk pada Kementerian Kominfo, ia menjelaskan empat pilar utama yang wajib dipahami para konten kreator, yaitu keterampilan digital (digital skill), budaya digital (digital culture), etika digital (digital ethics), dan keamanan digital (digital safety). Menurutnya, pemahaman ini menjadi bekal agar konten yang dihasilkan tidak hanya kreatif dan menarik, tetapi juga beretika, aman, serta mampu mengangkat budaya dan potensi lokal Jambi.

Sementara itu, dari sisi praktisi, Nanda Mirana berbagi pengalaman pribadinya sebagai konten kreator. Ia menuturkan bahwa awalnya terjun ke dunia ini bukanlah sesuatu yang direncanakan. Setelah menikah dan berhenti bekerja, ia mencoba membuat konten sederhana seperti daily vlog dan unboxing. Tak disangka, konten tersebut menarik banyak penonton hingga akhirnya menghasilkan pendapatan. Sejak itu, Mamanan menekuni dunia konten kreator dan kini telah menjalankannya lebih dari tiga tahun. Saat ini ia aktif di berbagai platform media sosial, terutama TikTok dan Instagram dengan akun Instagram @mamanan https://www.instagram.com/nandamiranaa/ tiktok https://www.tiktok.com/@mamanaann
Mamanan menilai peluang anak muda di era digital sangat besar. Generasi sekarang termasuk cepat belajar dan terbiasa menggunakan aplikasi editing, sehingga lebih mudah beradaptasi. Namun, tantangan utamanya ada pada konsistensi, karena banyak yang berhenti ketika kontennya tidak langsung FYP. Ia sendiri menekankan pentingnya personal branding sebagai pembeda antar kreator. Tagline “Hai hai” menjadi ciri khas yang melekat pada dirinya dan membuat audiens mudah mengingat kontennya. Tantangan terbesar yang ia hadapi adalah melawan rasa malas dan menjaga keamanan akun. Ia pernah mengalami percobaan peretasan sehingga menekankan pentingnya autentikasi dua langkah. Meski demikian, ia percaya bahwa konsistensi akan memunculkan kreativitas seiring berjalannya waktu. Konsistensi dan kreativitas, menurutnya, adalah dua hal yang tidak bisa dipisahkan dalam dunia konten kreator.

Lebih jauh, Mamanan meyakini bahwa profesi konten kreator dapat menjadi pilihan karier berkelanjutan. Walaupun penghasilannya tidak tetap, fleksibilitas waktu menjadi keunggulan utama, terutama bagi ibu rumah tangga yang tetap ingin produktif sambil mengurus anak. Namun, ia menyarankan agar konten kreator muda menggunakan bahasa Indonesia agar jangkauan audiens lebih luas, tidak hanya terbatas pada daerah.
Sebagai pesan penutup, Mamanan mengajak anak muda untuk berani memulai. Menurutnya, tidak perlu menunggu peralatan mahal karena banyak konten kreator sukses berawal dari kamera ponsel sederhana. Dengan adanya tools berbasis AI, proses editing dan produksi konten kini jauh lebih mudah. “Kunci utamanya adalah konsistensi, percaya diri, dan kesediaan untuk terus belajar,” ujarnya.

Baik dari perspektif akademisi maupun praktisi, dialog ini menunjukkan bahwa dunia konten kreator bukan hanya sekadar tren sesaat, tetapi peluang nyata bagi generasi muda untuk berkarya, berinovasi, sekaligus berkontribusi bagi masyarakat. UNH melalui Prodi Teknik Informatika berkomitmen terus mendukung mahasiswa dan generasi muda Jambi agar mampu memanfaatkan ruang digital secara positif, kreatif, dan bermanfaat.